Sedikit Corat-Coret
artikel merupakan pandangan pribadi
oleh : Wibisono Prambudi
Masa kecil adalah masa dimana seseorang dapat menjalani kehidupannya tanpa terbebani oleh permasalahan-permasalahan hidup. Jika mengingat kembali masa kecil dulu rasanya sangat menyenangkan aktivitas yang dilakukan anak-anak setiap harinya. Pada pagi hari mereka akan berangkat ke sekolah, entah kelas 1 SD ataupun taman kanak-kanak. Sepulangnya, biasanya mereka akan mengajak teman-temannya bermain gundu, bermain bola, menangkap belut, dan bagi yang perempuan biasanya bermain lompat tali, dan bermain permainan anak-anak lainnya. Sesekali terdengar juga lantunan lagu anak-anak yang keluar dari bibir mungil mereka.
Fenomena-fenomena tersebut sering kita temui sekitar tahun 90’ an, namun sayangnya kenyataan yang terjadi saat ini adalah kehidupan anak kecil khususnya yang berusia 4 s.d 12 tahun telah banyak berubah. Perhatikan saja lantunan lagu yang keluar dari bibir mungil si anak sudah bukan lagu anak-anak lagi, melainkan lagu-lagu cinta yang seharusnya hanya diperdengarkan untuk kaum dewasa. Hasilnya adalah banyak anak dengan usia yang masih dini sudah “menjalin cinta” dengan teman sebayanya. Tidak hanya itu, game online yang membuka layanan 24 jam juga penuh terisi oleh anak-anak. Mereka bisa menghabiskan waktu berjam-jam hanya untuk bermain game online. Hasilnya adalah mereka akan lupa belajar, boros serta dengan mudah menghambur-hamburkan uang. Tidak hanya itu, si anak ternyata juga banyak yang membuka situs porno dari internet. Hasilnya adalah tiba-tiba muncul berita dari surat kabar yang memberitakan adanya pemerkosaan oleh anak kelas 6 SD kepada teman sebayanya. Belum lagi apabila ternyata orang tua dari si anak terlalu sibuk bekerja sehingga pengawasan terhadap anak sangat minim. Bukan bermaksud menyalahkan kemajuan internet, namun disini seharusnya peran orang tua dan lingkungan yang harus menyesuaikan dengan kemajuan internet tersebut, sehingga bisa mengarahkan dan mendidik anak ke jalan yang benar.
Sebenarnya ada beragam pilihan dalam pengembangan anak agar menuju kearah yang positif dan memiliki moral yang baik. Salah satu yang kita kenal adalah pengembangan dalam hal pendidikan agama islam, akhlak dan moral yaitu TPA. Jika berbicara tentang TPA, lagi-lagi ingatan kita melesat kemasa lalu. teringat pada saat itu para orang tua selalu menemani, mengawasi, serta menjaga perilaku anak-anaknya. Ketika sore hari sepulang sekolah, ibu atau ayah selalu mengantar anaknya untuk mengaji di sebuah lembaga pendidikan agama atau yang biasa kita sebut TPA. Di TPA seorang anak akan bertemu dengan teman-teman sebayanya, mereka akan berbincang, bercanda, bermain dan tentu saja mengaji. Di tempat tersebut anak-anak akan mendapatkan pendidikan agama islam. Hasilnya adalah anak-anak akan lebih mengenal dan terbiasa berinteraksi dengan orang-orang, baik itu teman sebaya ataupun kepada ustadz, serta dapat juga meningkatkan jiwa sosial anak-anak. Mereka juga belajar ilmu agama islam yang paling dasar, misal tata cara solat, berwudhu dan sebagainya. Mereka juga akan diajarkan tentang akhlak, yaitu bagaimana tata cara berperilaku yang sopan, santun kepada teman sebaya ataupun kepada orang yang lebih tua. Sehingga dapat dikatakan bahwa perilaku dan karakter anak akan dapat terbentuk secara positif di dalam TPA. Sungguh sebuah lembaga pendidikan yang sangat baik untuk pengembangan anak di usia 4 s.d 12 tahun.
Namun minat anak-anak terhadap pendidikan di TPA pada waktu itu jika dibandingkan dengan sekarang tentu saja berbeda seiring dengan perkembangan jaman. Bagi anak sekarang mungkin metode pembelajaran di TPA membosankan, sehingga waktu kosong yang ada ketika mereka pulang dari sekolah adalah pergi ke warnet bermain game online, atau menonton tontonan yang tidak bermutu. Sebenarnya ada peran orang tua untuk memasukkan anaknya ke TPA, namun ada peran dari TPA juga untuk mengadakan program pembelajaran yang memikat hati anak-anak sehingga mereka mau menghabiskan waktu di sana.
Tujuan dari pendidikan yang paling dasar sebenarnya adalah memberikan pembekalan kepada anak agar memiliki kompetensi yang berguna untuk kebaikan masa depannya. Terlebih lagi masa kanak-kanak adalah masa yang biasa kita sebut sebagai masa “golden age” dimana kemampuannya untuk menyerap segala pembelajaran adalah pada tahap puncak.
Memang di dalam TPA mereka akan dibekali oleh ilmu agama, akhlak, dan akidah islam. Namun itu saja tidak cukup untuk membuat anak bisa bersaing dalam kehidupan masa depannya. Program – program yang ditawarkan TPA seharusnya juga yang bersifat pengembangan skill anak. Skill yang dimaksud disini sangat luas dan beragam, TPA bisa mengakomodasi sesuai dengan permintaan pasar. Dalam hadist rasulullah pun dikatakan bahwa, apabila ingin menguasai akhirat ada ilmunya, apabila ingin menguasai dunia ada ilmunya, demikian juga apabila ingin menguasai keduanya juga ada ilmunya. Oleh karena itu program pendidikan yang ditawarkan dalam TPA haruslah seimbang antara ilmu yang dibutuhkan untuk dunia dan akhirat. Jika keseimbangan ilmu tersebut didapatkan di TPA, akan dapat mendorong para orang tua untuk memasukkan putra-putrinya kedalam TPA. Di satu sisi pihak TPA juga harus mampu mengemas program-program tersebut semenarik mungkin agar anak merasa betah ketika sudah didalamnya. Tidak melulu mengaji secara konvensional saja, namun juga ada permainan-permainan yang menyenangkan, belajar peralatan multimedia, belajar ilmu akhlak melalui situs-situs internet yang bermutu, belajar menyanyi lagu-lagu rohani, mempertontonkan video sejarah nabi, belajar mengaji dengan memperdengarkan lantunan seorang Qori’ melalui youtube. Selain itu dalam hal pembelajaran bahasa, TPA juga dapat memberikan program pembelajaran bahasa Arab dan juga bahasa Inggris, mengingat bahwa kedua bahasa tersebut merupakan bahasa internasional yang banyak dipakai saat ini.
TPA harus mampu menjadi garda terdepan dalam pembentukan moral serta penanaman nilai agama kepada anak-anak melalui penyediaan lingkungan yang sehat, yakni dengan menyediakan taman pendidikan belajar agama islam yang berkualitas. Untuk mewujudkan itu semua tentu saja dibutuhkan sumber daya yang besar. Sumber daya tersebut berupa tersedianya pengajar yang profesional, pengajar yang memiliki kemampuan yang andal selain mengaji Al qur’an, memiliki kemampuan berbahasa asing, serta memiliki interpersonal skill yang baik dalam berinteraksi dengan anak didik, bahkan jika perlu datangkan saja ahli psikologi untuk menjadi penasihat bagi permasalahan yang dihadapi anak-anak. Namun demikian, untuk menarik pengajar-pengajar yang berkualitas tinggi tentu membutuhkan biaya yang cukup besar, terutama biaya untuk operasional dan penggajian. Dalam hal ini masyarakat bisa berkontribusi dengan cara menjadi donatur tetap TPA. Pengelolaan TPA juga harus dilakukan secara profesional dan akuntabel agar dapat dipertanggungjawabkan kepada para stakeholder TPA. Dengan adanya TPA seperti itu diharapkan dapat menarik generasi-generasi penerus bangsa untuk mendapatkan pendidikan agama, akhlak, dan moral yang berkualitas. Sehingga dalam jangka panjang dapat membangun peradaban masyarakat Indonesia yang beradab dan memiliki nilai-nilai religius yang tinggi.
referensi
http://www.republika.co.id/berita/dunia-islam/islam-nusantara/13/02/03/mhml2a-orang-tua-kurang-beri-contoh-anak-mencintai-alquran
http://www.republika.co.id/berita/dunia-islam/fatwa/13/02/08/mhwmvv-agar-anak-rajin-mengaji
oleh : Wibisono Prambudi
Masa kecil adalah masa dimana seseorang dapat menjalani kehidupannya tanpa terbebani oleh permasalahan-permasalahan hidup. Jika mengingat kembali masa kecil dulu rasanya sangat menyenangkan aktivitas yang dilakukan anak-anak setiap harinya. Pada pagi hari mereka akan berangkat ke sekolah, entah kelas 1 SD ataupun taman kanak-kanak. Sepulangnya, biasanya mereka akan mengajak teman-temannya bermain gundu, bermain bola, menangkap belut, dan bagi yang perempuan biasanya bermain lompat tali, dan bermain permainan anak-anak lainnya. Sesekali terdengar juga lantunan lagu anak-anak yang keluar dari bibir mungil mereka.
Fenomena-fenomena tersebut sering kita temui sekitar tahun 90’ an, namun sayangnya kenyataan yang terjadi saat ini adalah kehidupan anak kecil khususnya yang berusia 4 s.d 12 tahun telah banyak berubah. Perhatikan saja lantunan lagu yang keluar dari bibir mungil si anak sudah bukan lagu anak-anak lagi, melainkan lagu-lagu cinta yang seharusnya hanya diperdengarkan untuk kaum dewasa. Hasilnya adalah banyak anak dengan usia yang masih dini sudah “menjalin cinta” dengan teman sebayanya. Tidak hanya itu, game online yang membuka layanan 24 jam juga penuh terisi oleh anak-anak. Mereka bisa menghabiskan waktu berjam-jam hanya untuk bermain game online. Hasilnya adalah mereka akan lupa belajar, boros serta dengan mudah menghambur-hamburkan uang. Tidak hanya itu, si anak ternyata juga banyak yang membuka situs porno dari internet. Hasilnya adalah tiba-tiba muncul berita dari surat kabar yang memberitakan adanya pemerkosaan oleh anak kelas 6 SD kepada teman sebayanya. Belum lagi apabila ternyata orang tua dari si anak terlalu sibuk bekerja sehingga pengawasan terhadap anak sangat minim. Bukan bermaksud menyalahkan kemajuan internet, namun disini seharusnya peran orang tua dan lingkungan yang harus menyesuaikan dengan kemajuan internet tersebut, sehingga bisa mengarahkan dan mendidik anak ke jalan yang benar.
Sebenarnya ada beragam pilihan dalam pengembangan anak agar menuju kearah yang positif dan memiliki moral yang baik. Salah satu yang kita kenal adalah pengembangan dalam hal pendidikan agama islam, akhlak dan moral yaitu TPA. Jika berbicara tentang TPA, lagi-lagi ingatan kita melesat kemasa lalu. teringat pada saat itu para orang tua selalu menemani, mengawasi, serta menjaga perilaku anak-anaknya. Ketika sore hari sepulang sekolah, ibu atau ayah selalu mengantar anaknya untuk mengaji di sebuah lembaga pendidikan agama atau yang biasa kita sebut TPA. Di TPA seorang anak akan bertemu dengan teman-teman sebayanya, mereka akan berbincang, bercanda, bermain dan tentu saja mengaji. Di tempat tersebut anak-anak akan mendapatkan pendidikan agama islam. Hasilnya adalah anak-anak akan lebih mengenal dan terbiasa berinteraksi dengan orang-orang, baik itu teman sebaya ataupun kepada ustadz, serta dapat juga meningkatkan jiwa sosial anak-anak. Mereka juga belajar ilmu agama islam yang paling dasar, misal tata cara solat, berwudhu dan sebagainya. Mereka juga akan diajarkan tentang akhlak, yaitu bagaimana tata cara berperilaku yang sopan, santun kepada teman sebaya ataupun kepada orang yang lebih tua. Sehingga dapat dikatakan bahwa perilaku dan karakter anak akan dapat terbentuk secara positif di dalam TPA. Sungguh sebuah lembaga pendidikan yang sangat baik untuk pengembangan anak di usia 4 s.d 12 tahun.
Namun minat anak-anak terhadap pendidikan di TPA pada waktu itu jika dibandingkan dengan sekarang tentu saja berbeda seiring dengan perkembangan jaman. Bagi anak sekarang mungkin metode pembelajaran di TPA membosankan, sehingga waktu kosong yang ada ketika mereka pulang dari sekolah adalah pergi ke warnet bermain game online, atau menonton tontonan yang tidak bermutu. Sebenarnya ada peran orang tua untuk memasukkan anaknya ke TPA, namun ada peran dari TPA juga untuk mengadakan program pembelajaran yang memikat hati anak-anak sehingga mereka mau menghabiskan waktu di sana.
Tujuan dari pendidikan yang paling dasar sebenarnya adalah memberikan pembekalan kepada anak agar memiliki kompetensi yang berguna untuk kebaikan masa depannya. Terlebih lagi masa kanak-kanak adalah masa yang biasa kita sebut sebagai masa “golden age” dimana kemampuannya untuk menyerap segala pembelajaran adalah pada tahap puncak.
Memang di dalam TPA mereka akan dibekali oleh ilmu agama, akhlak, dan akidah islam. Namun itu saja tidak cukup untuk membuat anak bisa bersaing dalam kehidupan masa depannya. Program – program yang ditawarkan TPA seharusnya juga yang bersifat pengembangan skill anak. Skill yang dimaksud disini sangat luas dan beragam, TPA bisa mengakomodasi sesuai dengan permintaan pasar. Dalam hadist rasulullah pun dikatakan bahwa, apabila ingin menguasai akhirat ada ilmunya, apabila ingin menguasai dunia ada ilmunya, demikian juga apabila ingin menguasai keduanya juga ada ilmunya. Oleh karena itu program pendidikan yang ditawarkan dalam TPA haruslah seimbang antara ilmu yang dibutuhkan untuk dunia dan akhirat. Jika keseimbangan ilmu tersebut didapatkan di TPA, akan dapat mendorong para orang tua untuk memasukkan putra-putrinya kedalam TPA. Di satu sisi pihak TPA juga harus mampu mengemas program-program tersebut semenarik mungkin agar anak merasa betah ketika sudah didalamnya. Tidak melulu mengaji secara konvensional saja, namun juga ada permainan-permainan yang menyenangkan, belajar peralatan multimedia, belajar ilmu akhlak melalui situs-situs internet yang bermutu, belajar menyanyi lagu-lagu rohani, mempertontonkan video sejarah nabi, belajar mengaji dengan memperdengarkan lantunan seorang Qori’ melalui youtube. Selain itu dalam hal pembelajaran bahasa, TPA juga dapat memberikan program pembelajaran bahasa Arab dan juga bahasa Inggris, mengingat bahwa kedua bahasa tersebut merupakan bahasa internasional yang banyak dipakai saat ini.
TPA harus mampu menjadi garda terdepan dalam pembentukan moral serta penanaman nilai agama kepada anak-anak melalui penyediaan lingkungan yang sehat, yakni dengan menyediakan taman pendidikan belajar agama islam yang berkualitas. Untuk mewujudkan itu semua tentu saja dibutuhkan sumber daya yang besar. Sumber daya tersebut berupa tersedianya pengajar yang profesional, pengajar yang memiliki kemampuan yang andal selain mengaji Al qur’an, memiliki kemampuan berbahasa asing, serta memiliki interpersonal skill yang baik dalam berinteraksi dengan anak didik, bahkan jika perlu datangkan saja ahli psikologi untuk menjadi penasihat bagi permasalahan yang dihadapi anak-anak. Namun demikian, untuk menarik pengajar-pengajar yang berkualitas tinggi tentu membutuhkan biaya yang cukup besar, terutama biaya untuk operasional dan penggajian. Dalam hal ini masyarakat bisa berkontribusi dengan cara menjadi donatur tetap TPA. Pengelolaan TPA juga harus dilakukan secara profesional dan akuntabel agar dapat dipertanggungjawabkan kepada para stakeholder TPA. Dengan adanya TPA seperti itu diharapkan dapat menarik generasi-generasi penerus bangsa untuk mendapatkan pendidikan agama, akhlak, dan moral yang berkualitas. Sehingga dalam jangka panjang dapat membangun peradaban masyarakat Indonesia yang beradab dan memiliki nilai-nilai religius yang tinggi.
referensi
http://www.republika.co.id/berita/dunia-islam/islam-nusantara/13/02/03/mhml2a-orang-tua-kurang-beri-contoh-anak-mencintai-alquran
http://www.republika.co.id/berita/dunia-islam/fatwa/13/02/08/mhwmvv-agar-anak-rajin-mengaji